Hal-Hal yang Perlu Anda Ketahui Soal Perhiasan Perak
Kalau bicara soal perhiasan, tentu sangat identik dengan emas. Yap, logam mulia yang satu ini memang sejak dulu hingga sekarang tak tergantikan dianggap sebagai simbol kemewahan. Namun dalam perkembangannya, perhiasan-perhiasan perak juga tak kalah populer dibandingkan emas. Bahkan peminatnya kini terus bertambah.
Kendati memang jika dibandingkan emas, harga jual dan beli perak jauh lebih murah, bukan berarti kita bisa memandang remeh perak. Karena bagaimanapun juga, perak sama seperti emas yakni sama-sama logam mulia. Dalam ilmu kimia sendiri, logam mulia adalah logam yang memang tahan korosi dan oksidasi.
Selain emas dan perak, beberapa logam lain yang masuk kategori logam mulia adalah rutenium, rodium, paladium, osmium, iridium dan platina. Berangkat dari fakta bahwa perak juga bersifat tahan korosi serta oksidasi inilah, mengoleksi perhiasan perak mungkin bisa menjadi salah satu pertimbangan terbaik untuk Anda.
Sama Seperti Emas, Perak Punya Tingkat Kemurnian
Ketika hendak investasi emas, Anda tentu akan memilih emas dengan tingkat kemurnian sempurna yakni kadar 99,9% yang dijuluki emas 24K. Emas-emas 24K lebih sering tampil dalam bentuk emas batangan dan memang tidak digunakan dalam perhiasan.
Kenapa begitu? Karena semakin murni emas, teksturnya makin lunak sehingga tidak menarik diolah dalam bentuk perhiasan. Karena itu emas perhiasan biasanya menggunakan emas dengan kadar 75% atau emas 18K. Sama dengan emas, perhiasan perak juga tidak dianjurkan menggunakan perak dengan kadar kemurnian sangat tinggi.
Untuk investasi, Anda bisa mempertimbangan perak-perak batangan yang biasanya menawarkan kadar kemurnian 99,9% atau 99,5%. Namun untuk perhiasan perak, mayoritas menggunakan perak dengan tingkat kemurnian 92,5% dan tembaga 7,5% karena memang makin murni perak, teksturnya juga makin lunak sehingga tak menarik menjadi perhiasan.
Jenis-Jenis Perak yang Dipakai untuk Perhiasan
Untuk kasus perhiasan emas, Anda tentu tahu beberapa jenis yang populer seperti emas kuning, emas putih dan emas rose gold. Tak berbeda dengan perhiasan emas, perhiasan perak juga memiliki beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan campuran perak dengan logam lain yang digunakan untuk membuat perhiasan. Berikut penjelasannya:
Perak Sterling: Jenis perak yang paling banyak dipilih pengrajin untuk diolah jadi perhiasan. Dikenal dengan nama perak 925, perak sterling cukup ringan dan mudah dibentuk.
Perak Silvadium: Campuran dari perak dengan emas dan paladium. tak heran kalau perak silvadium memiliki warna yang lebih terang dari emas bahkan platina. Jika dilihat, pancaran warna perak silvadium hampir mirip dengan emas putih 14K. Perak silvadium lebih keras daripada perak sterling dan tahan oksidasi.
Perak Argentium: Jenis perak dengan kadar kemurnian 97%. Dibandingkan perak sterling, kilau perak argentium lebih putih mirip emas putih dengan harga lebih murah
Melalui ketiga jenis perak di atas, Anda tentu bisa menentukan mana yang terbaik digunakan dalam perhiasan perak yang hendak dibeli. Tentunya pastikan harga perhiasan itu masih sesuai dengan budget yang disediakan dan kebutuhan, sehingga Anda akan senantiasa bangga saat mengenakannya.
Faktor yang Mempengaruhi Harga Perak di Pasaran
Sama seperti emas, harga perak di pasaran juga sangat fluktuatif. Meskipun memang tidak sampai menembus satu juta Rupiah untuk satu gramnya, tetap saja harga perak cukup menjanjikan sebagai investasi. Dilansir logammulia, harga perak pada penjualan hari Selasa (29/9) dilaporkan Rp12.200 per gram.
Nah supaya bisa mempertimbangkan dengan tepat saat hendak investasi perak, berikut beberapa faktor yang sangat mempengaruhi harga perak di pasaran:
1. Pergerakan Harga Emas
Faktor pertama yang mempengaruhi harga perhiasan perak adalah pergerakan harga emas. Sebagai logam mulia yang paling superior dan berharga, harga emas memang mempengaruhi harga logam mulia lain. Untuk harga perak, ternyata berbanding lurus dengan emas. Dimana jika harga emas naik, maka harga perak ikut meningkat.
2. Persediaan Emas
Selain harga, persediaan emas rupanya ikut mempengaruhi harga emas. Semakin sedikit volume persediaan emas di pasaran, maka perak akan menjadi logam mulia yang diburu sehingga harganya ikut melambung.
Sekadar informasi, Indonesia adalah salah satu produsen perak terbesar di dunia, sehingga Anda bisa mempertimbangkan untuk membeli perak-perak batangan sebagai instrumen investasi.
3. Kebutuhan Perak Sektor Industri
Tak seperti emas yang merupakan instrumen investasi, perak juga banyak digunakan dalam sektor industri. Bahkan konsumsi perak di sektor industri mencapai 40% yang disebabkan oleh sifat konduktor pada perak, alias mampu menghantarkan listrik. Beberapa produk seperti kendaraan, elektronik, medis bahkan menggunakan perak.
Tentunya semakin tinggi permintaan sektor industri pada perak, membuat harga logam mulia satu ini melambung. Namun ketika permintaan perak menurun dari sektor industri, harga perak akan terkoreksi.
4. Investor dan Perekonomian Dunia
Faktor terakhir yang mempengaruhi betul harga perak sehingga berimbas ke harga perhiasan perak adalah perilaku investor serta perekonomian dunia. Di saat harga emas sudah terlalu tinggi, investor akan melirik perak. Begitu pula ketika perekonomian global membaik, harga emas bakal terkoreksi yang juga mempengaruhi harga perak.
Berangkat dari penjelasan di atas, maka Anda tentu bisa mempertimbangkan waktu terbaik untuk memulai investasi perak. Jika Anda memilih perhiasan sebagai bentuk investasi dan perak jadi pilihan, tentunya pastikan memilih jenis perak yang paling sesuai.
Terutama kalau Anda tertarik pada perhiasan emas putih, perak silvadium atau argentium bisa jadi pilihan. Hanya saja jangan lupakan juga kondisi perekonomian Indonesia yang terancam resesi, membuat Anda harus bijak dalam membeli perhiasan perak. Pastikan membeli di toko logam mulia terbaik, agar memperoleh kemurnian perak sesuai harapan.
Contrary to popular belief, Lorem Ipsum is not simply random text. It has roots in a piece of classical Latin literature from 45 BC, making it over 2000 years old. Richard McClintock, a Latin professor at Hampden-Sydney College in Virginia, looked up one of the more obscure Latin words, consectetur, from a Lorem Ipsum passage, and going through the cites of the word in classical literature, discovered the undoubtable source. Lorem Ipsum comes from sections 1.10.32 and 1.10.33 of "de Finibus Bonorum et Malorum" (The Extremes of Good and Evil) by Cicero, written in 45 BC. This book is a treatise on the theory of ethics, very popular during the Renaissance. The first line of Lorem Ipsum, "Lorem ipsum dolor sit amet..", comes from a line in section 1.10.32.